Putin Sebut Ilmuwan Rusia Hampir Berhasil Ciptakan Vaksin Kanker 

Iklan Pos, Moskow – Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan para ilmuwan di negaranya telah berhasil mengembangkan vaksin kanker. Dia mengatakan vaksin itu akan segera tersedia untuk masyarakat.

“Kita hampir menciptakan generasi baru vaksin anti kanker dan obat imunomodulator,” kata Putin pada Future Technology Forum di Moskow pada Rabu, 24 Februari 2024. “Saya berharap teknologi ini akan segera digunakan secara efektif sebagai metode. terapi individu.”

Putin tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai jenis kanker apa yang akan ditargetkan oleh vaksin tersebut. Ia juga tidak menjelaskan bagaimana ilmuwan Rusia mengembangkan vaksin kanker.

Banyak negara dan perusahaan sedang mengembangkan vaksin kanker. Tahun lalu, pemerintah Inggris menandatangani kesepakatan dengan perusahaan bioteknologi BioNTech untuk memulai uji klinis yang dapat menawarkan “pengobatan kanker yang dipersonalisasi”. Mereka bertujuan untuk menjangkau 10.000 pasien pada tahun 2030.

Perusahaan farmasi Moderna dan Merck & Co juga mengembangkan vaksin kanker eksperimental. Menurut penelitian, melanoma stadium menengah – kanker kulit paling mematikan – dapat mengurangi separuh kemungkinan kambuh atau kematian setelah tiga tahun pengobatan.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), saat ini terdapat enam vaksin berlisensi untuk melawan human papillomavirus (HPV), yang menyebabkan berbagai jenis kanker, termasuk kanker serviks, serta hepatitis B (HBV), yang menyebabkan kanker hati. Kanker.

Saat Rusia sedang mengembangkan vaksin kanker, selama pandemi terakhir, Rusia mengembangkan vaksin Covid-19 yang disebut Sputnik-V. Banyak negara telah membeli vaksin tersebut. Putin juga menggunakan Sputnik-V untuk meyakinkan warganya bahwa mereka ingin divaksinasi.

Waspada, Ini Jenis Kanker yang Paling Banyak Diidap Pria

Jakarta –

Kanker merupakan salah satu penyakit yang paling mematikan, bahkan turut menyumbang peningkatan jumlah kematian di dunia. World Cancer Research Fund International menyebutkan akan terdapat 18,1 juta penyakit kanker di seluruh dunia pada tahun 2020. Dari jumlah tersebut, sekitar 9,3 juta terjadi pada pria dan 8,8 juta pada wanita.

Penyakit ini bisa menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita, segala usia. Namun, jenis kanker seringkali berbeda antara pria dan wanita. Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti lingkungan, gaya hidup atau kondisi tubuh.

Tak hanya itu, penyakit kanker belakangan menjadi isu publik setelah Raja Charles III dikabarkan mengidap penyakit kanker. Namun, pihak istana tidak merilis informasi lebih lanjut mengenai jenis kanker yang diderita Raja Inggris tersebut.

Jadi kanker apa yang paling umum terjadi pada pria?

World Cancer Research Fund International mengatakan kanker paru-paru adalah jenis kanker yang paling umum menyerang pria di seluruh dunia, menyumbang 15,4 persen dari jumlah kasus baru yang didiagnosis pada tahun 2020.

Disusul kanker prostat dengan persentase 15% dan kanker usus besar dengan persentase 11,4%. Berikut adalah 10 kanker pria paling umum di dunia. Kanker paru-paru: 1,43 juta kasus atau 15,4 persen Kanker Prostat: 1,4 juta kasus atau 15,1 persen Kanker kolorektal: 1 juta kasus atau 11,4 persen Kanker lambung atau lambung: 700 ribu kasus atau sekitar 7,7 persen Kanker Kanker Hati: 632 ribu kasus atau sekitar 6,8 persen Kanker usus besar: 440 ribu kasus atau sekitar 4,7 persen Kanker kerongkongan: 418 ribu kasus atau sekitar 4,5 persen Limfoma non-Hodgkin: 304 ribu kasus atau sekitar 3,3 persen kanker. : 271 ribu kasus atau sekitar 2,9 persen Kanker darah: 269 ribu kasus atau sekitar 2,9 persen.

Saat ini di Indonesia jenis kanker yang paling banyak menyerang pria adalah kanker paru-paru. Hal ini dibenarkan oleh Wakil Menteri Kesehatan Prof.Dr. Dante Saxon Harbuwono.

Menurutnya, saat ini sekitar 70 persen pasien kanker di Indonesia datang ke rumah sakit ketika sudah memasuki stadium akhir. Oleh karena itu, penting dilakukan penelitian sejak dini untuk menurunkan angka kematian akibat kanker di Indonesia.

“Sobat, penyakit kanker di Indonesia terus meningkat dan hal ini menyebabkan angka kematian semakin meningkat. Jenis kanker yang paling banyak menyerang pria adalah kanker paru-paru, sedangkan pada wanita adalah kanker payudara dan penyakit rahim,” ujarnya dulu saat ditemui. . Bertemu di Shangri La, Jakarta, Jumat (15/12/2023).

Tonton video ini “Pidato pertama Raja Charles III setelah diagnosis kanker” (sc/up)

Usia Pasien Kanker di RI Makin Muda, Ini Jenis Terbanyak pada Pria dan Wanita

Jakarta –

Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono membenarkan bahwa rata-rata usia terkena kanker semakin muda. Meski tidak merinci perubahan rentang usia yang terkena, Dante mengatakan sekitar seribu kasus kanker dilaporkan setiap hari di Indonesia.

“Sehari seribu kasus baru terdiagnosis kanker. Orang dewasa semakin muda,” ujarnya saat ditemui detikcom di RSCM Kiara, Senin (2/5/2024).

Ada berbagai jenis kanker yang kebanyakan menyerang pria atau wanita. Pria dilaporkan menderita kanker paru-paru hingga kanker usus besar.

Sementara itu, perempuan sering ditemukan menderita kanker serviks dan kanker payudara.

“Kanker serviks dan kanker payudara merupakan beberapa masalah kanker, terutama masalah kanker utama pada perempuan, dan pada laki-laki adalah kanker usus besar dan kanker paru-paru,” lanjutnya dalam agenda Kick Off Pelayanan Kanker.

“Kanker merupakan penyakit yang mematikan, data Globocan 2022 mencatat 20 juta kasus kanker baru di seluruh dunia, hampir 10 juta kematian akibat kanker. Di Indonesia sendiri, akan ada lebih dari 400 ribu kasus kanker pada tahun 2022. Dari segi ekonomi, ada kanker. sana. mahal sekali, besar,” ujarnya.

Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan RI menargetkan memiliki rumah sakit induk pelayanan kanker di setiap provinsi yang dapat melakukan radioterapi, bedah kanker stadium lanjut, dan kemoterapi.

Tujuan ini merupakan bagian dari transformasi layanan kesehatan, khususnya transformasi layanan rujukan. Salah satu program dalam transformasi rujukan adalah program pemberdayaan rumah sakit yang bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan layanan rujukan, meningkatkan kapasitas dan mengembangkan sumber daya manusia rumah sakit.

Tujuan dari program ini tidak hanya agar setiap provinsi memiliki satu rumah sakit utama dengan layanan kanker, tetapi juga setiap kabupaten memiliki layanan sekunder. Rumah Sakit Perantara, yaitu rumah sakit yang dapat melakukan operasi dasar tumor dan kemoterapi. Saksikan video “Konflik Pasien Kanker di Gaza” (naf/kna)

Kenali Kanker Limfoma Hodgkin untuk Penanganan yang Tepat

Iklan Pos, Jakarta – Penatalaksanaan kanker merupakan tantangan kesehatan global yang memerlukan perhatian serius, dimana kanker menjadi penyebab kematian utama di seluruh dunia.

Dalam rangka memperingati Hari Kanker Sedunia yang jatuh pada tanggal 4 Februari setiap tahunnya, Persatuan Onkologi Indonesia (POI Jaya) Cabang Jabodetabek mengadakan rangkaian kegiatan bertajuk “Hari Kanker Sedunia: ‘Harapan, Iman, Cinta’”.

Profesor Ikhwan Rinaldi, PhD, Sp PD-KHOM, M Epid, M Pd Ked, FINASIM, FACP, Presiden Persatuan Onkologi Jaya Indonesia, menjelaskan bahwa kanker merupakan masalah kesehatan yang sangat mendesak dan Limfoma Hodgkin adalah salah satunya, Hal ini jenis limfoma yang tingkat diagnosisnya masih rendah.

“Kanker limfoma-kelenjar getah bening Hodgkin merupakan kanker yang masih underdiagnosis. Penyakit itu ada, namun sayangnya banyak kasus baru terdiagnosis pada stadium lanjut,” jelas Ikhwan. “

Limfoma Hodgkin (LH) adalah kanker yang muncul dari sel darah putih yang disebut limfosit. Limfosit merupakan bagian dari sistem limfatik yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh. Berdasarkan data Globocan tahun 2020, terdapat 1.188 kasus LH baru di Indonesia, termasuk 363 kematian.

Faktor risiko

Ada sejumlah faktor risiko yang meningkatkan peluang seseorang terkena LH, termasuk infeksi virus Epstein-Barr. Satu dari 1.000 orang yang terinfeksi virus Epstein-Barr berisiko terkena LH.

Risiko lainnya adalah sistem kekebalan tubuh. Orang yang terinfeksi HIV (virus penyebab AIDS), orang yang memakai obat penekan kekebalan tubuh, dan orang dengan penyakit autoimun berada pada peningkatan risiko.

Riwayat keluarga juga meningkatkan risiko. Saudara kandung dengan kondisi ini berisiko lebih tinggi terkena LH. Risiko ini sangat tinggi terutama pada pasien kembar identik dengan LH.

Risiko lainnya adalah gender, karena penelitian menunjukkan bahwa LH lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita. Selain itu, faktor usia juga akan mempengaruhi risikonya.LH umumnya terjadi pada usia 15-30 tahun dan di atas 55 tahun.

Lebih lanjut Prof Ikhwan menjelaskan, kanker LH dapat menimbulkan banyak gejala yang perlu diwaspadai, seperti adanya benjolan atau pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau selangkangan.

Kemudian muncul gejala umum atau gejala sistemik yang disebut dengan “gejala B”, seperti demam di atas 38 derajat Celcius tanpa sebab yang jelas, keringat berlebih di malam hari, dan penurunan berat badan lebih dari 10% selama 6 bulan berturut-turut.

“Jadi jika Anda merasa mengalami gejala-gejala tersebut, segera periksakan ke dokter. Meski tingkat kesembuhan kanker LH tinggi, namun kemungkinan kambuhnya masih sekitar 10 hingga 30 persen. Oleh karena itu, semakin dini kanker LH terdeteksi adalah, ” kata sang profesor. Ikhwan, pengobatannya lebih cepat dan pengobatannya lebih tepat sasaran. “

Eva Susanti, S Kp, M Kes, Direktur, Departemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan, Indonesia. Kami menyambut baik langkah POI Jaya dalam memberikan edukasi limfoma.

“Kami mengapresiasi berbagai bentuk kerjasama yang ada di Indonesia untuk mengedukasi masyarakat tentang penyakit kanker. Seperti yang dilakukan POI Jaya dengan mitra-mitra tersebut. Karena semua pihak harus terus memberikan informasi dan edukasi tentang penyakit kanker di Indonesia. Ini tanggung jawab kita bersama,” kata Eve. .

Eva mengatakan, jika kanker diketahui pada stadium dini melalui deteksi dini dan pengobatan yang tepat, maka peluang kesembuhan adalah 90%. Selain itu, pengobatan LH saat ini sudah tersedia dan termasuk dalam BPJS Kesehatan. Untuk itu, Eva mengimbau masyarakat tidak ragu dan segera melakukan tes dini.

Pada kesempatan yang sama, Patient Value Access Supervisor PT. Shinta Caroline dari Takeda Indonesia berterima kasih atas kesempatan kolaborasi POI Jaya untuk meningkatkan kesadaran tentang gejala, diagnosis, dan pengobatan limfoma Hodgkin.

Shinta mengatakan, pihaknya sadar akan beban yang ditimbulkan penyakit tersebut. Oleh karena itu, Takeda berkomitmen untuk memperkuat kerja sama dengan pihak terkait seperti POI dan Kementerian Kesehatan RI untuk memastikan pasien Indonesia memiliki akses terhadap obat-obatan dan vaksin kami, termasuk LH yang saat ini menawarkan pengobatan inovatif di JKN.

“Melalui acara diskusi kesehatan, kami juga berharap dapat mendorong deteksi dini di masyarakat dan memberikan harapan bagi pasien untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik,” jelas Shinta.

Secara umum angka harapan hidup penderita LH dalam waktu 5 tahun setelah diagnosis adalah 89%. Komplikasi limfoma antara lain penyebaran kanker ke organ lain, penurunan fungsi organ, kerusakan sumsum tulang, infeksi, efek samping pengobatan, dan masalah kesehatan mental atau emosional.

Dalam beberapa kasus, limfoma bisa menjadi agresif dan sulit diobati, sehingga mengakibatkan prognosis yang buruk. Sayangnya, sebagian besar kasus LH baru terdiagnosis pada stadium lanjut.

Menurut National Comprehensive Cancer Network (NCCN), pengobatan berbeda untuk limfoma Hodgkin meliputi: kemoterapi, terapi radiasi, imunoterapi, dan terapi bertarget yang menargetkan protein dalam sel kanker yang mengontrol pertumbuhannya tanpa memengaruhi sel normal lainnya.