Iklan Pos, Jakarta Dalam upaya mendorong transisi energi dan mencapai zero polusi (NZE) pada tahun 2060 atau bahkan lebih awal, PT PLN (Persero) terus melakukan kerja sama, salah satunya dengan mengembangkan teknologi untuk mengurangi emisi di Indonesia.
Direktur Komunikasi dan Perencanaan PLN Evy Haryadi mengatakan PLN saat ini tengah memanfaatkan berbagai pengembangan teknologi untuk menurunkan emisi CO2, seperti pengembangan biomass co-firing, efisiensi jaringan transmisi dan pembangkitan, penggantian PLTU sub-kritis dengan super – PLTU superkritis kritis dan ultrakritis, bahan bakar siklus gabungan dan energi terbarukan.
“Seperti pemadaman kebakaran misalnya, kami memiliki target 52 site dan sejauh ini kami telah menjalankan 43 site dan berhasil menurunkan emisi kurang lebih 1 juta ton setara CO2,” kata Haryadi, tulis, Minggu (3/10/2010). 2024).
Selain itu, Haryadi menambahkan, kini PLN telah berhasil memiliki jaringan transmisi dan distribusi yang membuahkan hasil yang baik yaitu berhasil menurunkan emisi sebesar 2,8 juta ton CO2.
Di sisi lain, kami sedang mengembangkan teknologi PLTU subkritis menjadi PLTU superkritis dan ultra superkritis yang mampu menurunkan emisi sebesar 20,8 juta ton CO2, tambahnya. Kerjasama semua pihak
Direktur Pengembangan Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Wanhar mengatakan untuk mewujudkan transisi energi diperlukan kerja sama semua pihak.
“Jadi harus ada integrasi terus-menerus, aman kan?” Kami berharap PLN bersama pemerintah terus bersinergi,” kata Wanhar.
Wanhar juga menyampaikan bahwa pemerintah terus berupaya memperbaiki iklim investasi agar transisi energi dapat berjalan efisien dan cepat, antara lain dengan mengeluarkan kebijakan seperti Perpres 112/2022 tentang percepatan pengembangan energi terbarukan untuk ketenagalistrikan dan Peraturan Menteri ESDM 12 /2023 tentang Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati Sebagai Campuran Bahan Bakar Pada PLTU.
“Kami, pemerintah bersama pemangku kepentingan lainnya mendukung percepatan transisi energi dengan berbagai kebijakan. Diharapkan kebijakan tersebut dapat menyerap investasi dan juga mendorong pertumbuhan perekonomian bisnis,” tambah Wanhar.
Selain itu, Wanhar menambahkan penggunaan energi terbarukan merupakan pilihan terbaik untuk menghasilkan listrik. Penggunaan energi terbarukan yang dikombinasikan dengan gas alam meningkatkan efisiensi dan mengurangi dampak lingkungan.
“PLN sudah merencanakan PLTU menggunakan co-firing. Kini PLN menggunakan co-firing dengan bahan bakar biomassa, serpihan kayu, sudase, dan sekam sawit,” ujarnya.
Peneliti Pusat Penelitian Energi Universitas Gajah Mada Deendarlianto mengatakan, di UGM kami mencoba melakukan kajian mendalam terhadap gambar tersebut. Kami mengembangkan model untuk mengurangi emisi di sektor energi dengan menggunakan tiga parameter utama.
“Biaya pembersihan CO2 dan seberapa besar dampak guncangan CO2 terhadap perekonomian sangatlah menarik.” Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara peran teknologi dan pembangunan ekonomi terhadap transisi energi berhubungan positif,” ujarnya.
Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan di UGM menunjukkan pentingnya peran hidrogen dalam ketenagalistrikan negara pada tahun 2045, serta pentingnya peran energi nuklir pada tahun 2050.
Oleh karena itu, perkembangan teknologi harus didukung sehingga transisi energi yang kita lihat harus mendorong Indonesia menuju zero emisi pada tahun 2060, tutupnya.